REVIEW LION KING 2019: VISUAL INDAH YANG TIDAK MEMUASKAN NOSTALGIA

16:57:00
Lion King Simba dan Nala. Sumber foto: empireonline.com

Siapa disini yang sudah menonton Lion King versi Jon Favreau? Film ini benar-benar dinantikan loh oleh para pecinta Disney yang masa kecilnya pernah nonton Lion King. Saya termasuk. Jadi gimana nih? Bagus gak?

Oke, disini saya akan membeberkan kelebihan dan kekurangannya ya. Oke jadi cus langsung aja ya:

Kelebihan:



Scoring dan Music Composition masih sama dilakukan oleh Hans Zimmer. Perfecto lah pokoknya. Scoring ini loh yang menurut saya banyak membantu berbagai scene. Scene yang ga emosional aja kalo pakai olahan musiknya Hans Zimmer dijamin deh bakal ngena banget ke hati. huhu


Pemilihan pengisi suara untuk Mufasa, Simba kecil, Simba besar, Timon, Pumba dan Nala oke lah. Apalagi Mufasa ya. Tiap kali doi ngomong, langsung teringat ke scene tahun 1994nya. Soalnya pengisi suaranya kan sama hoho. Pokoknya Mufasa I love You. You make this movie as good as possible like the old ones. 


Suara simba kecil juga hampir mirip sama yang dulu, tetapi masih kurang penghayatan. Begitu juga dengan Simba besar. Suaranya merdu tapi lagi lagi kurang penghayatan. Untuk Timon dan Pumba, pengisi suaranya BAGUS! Padahal ga sama kaya yang dulu tapi berhasil membuat yang nonton tertawa. Karakternya masih seperti yang dulu. Dan yang saya suka tuh ada plesetan dimana Timon mau nyanyiin Be Our Guestnya Beauty and The Beast. Mungkin karena pengisi suaranya sama ya. Tapi ya Timon dan Pumba, kalian berdua berhasil membuat saya tertawa.

Beyonce jadi Nala, oke lah. Tapi yang paling saya suka pas bagian Simba sama Nala nyanyi Can't You Feel The Love. Suara Beyonce benar-benar magic. Merdunya juara, begitu juga dengan Donald Grover. Suaranya juga merdu bisa menandingi suara Beyonce. Daebak. 👏


Too Realistic. Saya pribadi tercengang karena sebegitu detail dan realisitisnya singa-singa di film Lion King ini. Dari cara lari, jalan, tingkah laku, bernafas, semuanya benar-benar realistis. Dan... di film ini juga kalian bakal dijamu dengan visual yang indaaaaah. Feelnya seperti nonton National Geographic, hanya saja mereka semua bisa berbicara dan bernyanyi .

Fighting scene antara singa dan hyena disini lebih detail dan keren. 

Kekurangan:


Karena yang too realistic itu, maka ekspresi yang mau diberikan ke penonton juga meleset. Scene sedih, tapi singanya keliatan datar aja gitu ekspresinya. Lol. Ya tapi kebantu sih sama scoringnya hehe.


Beberapa scene terlihat nanggung gitu. Contohnya saat scene Mufasa mati. Saat saya menonton versi 1994nya, itu saya nangiiiiiiiiis senangis nangisnya, kalau di 2019 ini, biasa aja. Terus fighting scenenya Simba sama Scar juga kurang gereget, kurang lama dan kurang wah~. Masih bagus fighting scenenya Shenzi dan Nala ✌



Scar nya. Aduh aduh maaf banget nih Mordo a.k.a Chiwetel Ejiofor, tapi saya lebih suka Scar yang dulu. Yang centil, licik dan kalem. Kalau Scar versi Mordo ini bener-bener keliatan jahat dari awal juga. Dari cara ngomongnya tuh bukan tipe Scar yang bisa mengelabui singa kecil gitu. Jauh pokoknya. Mungkin tujuannya memang Scar disini punya karakter sendiri  ya, karena memang beda banget sama Scar yang dulu. Tapi maaf saya lebih suka Scar yang dulu huhu. Untuk lagu Be Preparednya juga diubah sesuai dengan cara ngomong Scar versi 2019, which is not bad lah. Bagus malah.

Nah, itu saja catatan kecil dari saya setelah saya nonton film Lion King. Kalau untuk rating, ya 8/10 ya. Dari segi visual dan cerita kan udah bagus banget, tapi penghayatan pengisi suara ada beberapa yang kurang. Overall, tetep recommended nih film. Lumayan buat nostalgia jaman kecil walau rada meleset. Tapi masih terpuaskan dengan visualnya.

Oh iya, untuk kalian yang mau nonton film ini, jangan bawa bayi ya. Karena auman singa disini lumayan bikin kaget juga. Akhir kata, selamat bernostalgia~ 


Fitri Kairi

No comments:

Powered by Blogger.